Dua hari kemarin, Surabaya diguyur hujan. Awan bergerombol dan melayang-layang di langit kota sekitar mulai pukul sebelas siang...lalu mulai pukul tiga belas, awan-awan tersebut pecah menjadi butiran-butiran air yang turun menyiram kota. Hujan lagi, padahal sekarang sudah bulan Juli. Dalam kalender BMKG, mestinya bulan ini sudah memasuki musim kemarau..Tetapi kenapa masih ada hujan di musim kering seperti ini..?
Harian Jawa Pos menulis, bahwa menurut prakirawan BMKG Juanda, Djoko Sulistyo :"meskipun sudah masuk musim kemarau, potensi hujan dengan intensitas rendah masih terjadi di Surabaya dan sekitarnya. pada musim kemarau bisa saja terjadi hujan apabila curah hujan dalam satu dekade ( sepuluh hari ) kurang dari 50 mm. Masih menurut Djoko, dalam tiga hari ke depan, fenomena yang sama (hujan) juga akan tetap terjadi. Guyuran hujan lebih-lebih akan terjadi pada sore hari. Terjadinya hujan, menurut Djoko, disebabkan suhu sebagian besar perairan Indonesia masih hangat. Hal itu pula yang mengakibatkan hampir seluruh wilayah Indonesia masih berpotensi terjadi hujan..
Tidak masalah juga kalau sekali-sekali hujan turun, mengingat panasnya kota Surabaya. Siraman air hujan barang satu atau dua jam sangat cukup untuk meredam hawa panas yang menyengat tubuh itu. Mungkin juga cuaca yang belum stabil atau belum menentu ini ( hujan di musim kemarau ini) merupakan efek lain dari pemanasan global..? Perairan Indonesia yang masih hangat hingga saat ini sehingga menghasilkan awan yang berpotensi hujan merupakan buktinya.
Tetapi apapun itu, datangnya hujan di musim kemarau ini patut disyukuri karena dengan itu pepohonan, rumput2 kecil, tanaman2 para petani juga hewan-hewan dan saya sebagai manusia bisa merasakan sejuknya air hujan sekaligus melepas dahaga oleh teriknya matahari yang sangat menyengat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar