Jumat, 16 Juli 2010

ANAK YANG MALANG,KORBAN KEKERASAN ORANG TUA

Kamis dini hari (15/7-10), teman-teman  yang sedang berjaga di ruang gawat darurat dikejutkan oleh kedatangan sepasang suami istri yang tergesa-gesa sambil menggendong anak mereka. Bayi yang masih berusia sembilan bulan itu dalam dekapan sang Ibu..Mereka kelihatan cemas sekali karena kondisi anak mereka sangat memprihatinkan. Teman-teman segera memberikan pertolongan dan menempatkan bayi tersebut di bed emergency.. Setelah diperiksa oleh dokter dan teman-teman perawat, ternyata sang Anak sudah meninggal. Jadi dia masuk ruang ugd sudah dalam kondisi tak bernyawa..Orang tuanya, terutama sang Ayah sangat syok dan seakan tak percaya dengan kenyataan itu. Dia menangis dan sepertinya menyalahkan dirinya dan istri..

Dokter jaga dan teman-teman mencurigai ada sesuatu yang tidak beres atau ada yang aneh dengan kematian Anak malang yang berinisial J ini. Seluruh tubuhnya penuh dengan lebam seperti habis di pukul, bibir atasnya luka sobek, kepalanya benjol-benjol, keduah pahanya ada bekas jeratan tali..Ketika ditanyakan kepada orang tuanya, sang Ayah secara spontan menjawab, itu semua bekas pukulan. Saya yang memukulnya, ujarnya dengan raut wajah kesedihan dan penyesalan..
Saat itu, saya baru saja kembali dari rumah sakit tetangga mengantar pasien untuk CT Scan karena alat scan di tempat kami sedang diganti dengan alat baru yang jauh lebih lengkap dan bagus dari sebelumnya. CT SCAN 128 slice..katanya satu-satunya yang ada di Surabaya saat ini.. Saat Ambulance mau di masuk ke halaman ugd, tidak bisa karena terhalang sebuah sepeda motor yang parkir pas di tempat ambulance menurunkan pasien. Ketika temanku masuk untuk mencari pemilik sepeda tersebut, ternyata sepeda itu adalah milih dari Ayah yang sedang berduka karena kehilangan anaknya tadi. Pak Sopir berusaha untuk mencari haluan agar bisa memundurkan ambulance dengan kondisi yang sangat sempit karena terhalang sepeda motor tadi. Akhirnya bisa juga, dan saya pun menurunkan pasien yang ada dalam ambulance tersebut. 

Ketika masuk ruang ugd, saya perhatikan semua mata teman-teman juga beberapa keluarga pasien tertuju ke tempat tidur anak malang itu berbaring, berbujur kaku tak bernyawa. Saya juga melihat sang ayah gelisah, mondar-mandir sambil menekan ponselnya. tetapi tidak jelas kalau dia menghubungi seseorang. sementara itu, saya perhatikan ibunya atau istri dari laki-laki itu tenang-tenang saja. Tidak tampak juga raut wajah kesedihan yang begitu mendalam sebagaimana kalau seorang ibu kehilangan anaknya. Dia tidak menangis, hanya sesekali dia yang sedang berdiri di samping tempat tidur si J,membuka selimut penutup tubuh bayi malang itu.

Kami semua yang menyaksikan keadaan itu saat itu,tampak diam dan sesekali saling berbisik satu sama lain, bertanya-tanya kenapa sampai orang tuanya terutama sang ayah begitu tega menyiksa bayi itu samapai kehilangan nyawanya. Apakah dia mengalami gangguan jiwa? Kami semua kompak menyudutkan dan menyalahkan Ayah dari bayi nahas itu. Dan kami semua sepertinya tak terima kalau orang seperti itu dibiarkan bebas tanpa dimintai pertanggungjawaban sebagai mana mestinya. Lalu kami pun menghubungi kantor polisi terdekat untuk menyampaikan masalah yang terjadi. Berapa waktu berselang, Polisi datang dan meminta keterangan kepada kedua orang tua dari bayi tak berdosa itu.
Sempat memberikan keterangan yang membingungkan dan mencurigakan kalau itu adalah keterangan yang benar. Ibu bayi itu bilang, kalau bayi terjatuh dari gendongan saat setelah mandi. Mengenai luka yang ada di bibir atas, dikatakan itu karena mereka berusaha memasukkan sendok ke dalam mulut anak itu lantaran si anak kejang, karena kejang juga makanya kedua paha anak itu diikat..Sungguh sebuah keterangan yang tidak masuk akal, masak anak kejang diikat, dan sendok itu bisa melukai anak itu..gimana caranya..?
Polisi tidak percaya begitu saja keterangan yang diberikan oleh Ibu anak itu..Untuk memastikan penyebab kematian anak itu, akhirnya jasad sang bayi malang itu di bawah ke rumah sakit Dr Soetomo Surabaya untuk di otopsi, sementara itu, ibu dan bapak anak itu di giring ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Belakangan diketahui, kepada Polisi Ibu angkat bayi malang itu mengakui kalau dia telah memberikan siksaan fisik kepada korban. Saat dia mengantar anaknya ke sekolah, terpaksa dia harus mengikat bayi itu agar tidak main kemana-mana saat dia keluar rumah. Dari jam 09-14 anak itu terikat tanpa asupan makanan dan minuman. disamping mennyiksa dengan cara mengikat ternyata beberapa pukulan juga sempat menghujam tubuh mungil si bayi malang itu. Tragis benar perlakuan ibu itu kepada anak kecil tak berdaya yang masih berusia 9 bulan.

Ternyata, sebenarnya anak itu (korban) bukanlah anak kandung mereka. Anak itu hendak mereka adopsi, karena anak itu adalah hasil dari hubungan gelap dari keponakan si pelaku kekerasan. Anak tanpa ayah itu hendak mereka angkat sebagai anak, karena ibu kandungnya masih kecil ( 17 tahun )..Tetapi niat untuk mengadopsi itu berubah menjadi ajang pelampiasan perbuatan yang tidak terpuji dan melanggar hukum. Keinginan untuk menolong keponakan yang masih belum siap mengasuh anaknya malah berubah petaka dengan berujung kematian, setelah sebelumnya memberikan siksaan yang sangat berat untuk diterima oleh tubuh mungil tak berdaya itu. Dugaan kami bahwa ayah anak itulah pelaku utama perbuatan bejat itu untuk sementara terbantahkan setelah istrinya sendiri mengakui bahwa dialah yang telah menyiksa bayi itu. bahkan semua perbuatannya tidak diketahui oleh suaminya..

Proses penyidikan sedang berlangsung..Polisi sedang mengumpulkan semua bukti-bukti yang akan menguatkan dugaan mereka. kedua orang tua angkat anak itu sedang diperiksa secar intensif oleh pihak berwajib. Semoga kebenaran segera terungkap,siapa pelaku sebenarnya dan harus mendapat hukuman yang setimpal. 
Kasus ini membuktikan bahwa masih ada orang tua yang berlaku keras terhadap anak-anak mereka. kasus KDRT masih semarak di sekitar kita. Anak-anak dalam posisi yang sangat lemah dan lebih sering jadi korban perlakuan yang tidak pantas dari orang tua mereka. Semoga saja, komnas HAM dan pihak KPAI semakin memberikan perhatian yang serius terhadap masalah-masalah seperti ini sehingga kedepannya tidak ada lagi kasus-kasus seperti ini. Tidak ada lagi bayi malang seperti si J ini yang jadi korban berikutnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar