Jumat, 23 April 2010

PAJAK : IKLAN vs BERITA KRIMINAL

Dua bulan terakhir, hampir semua media ramai-rami menyajikan berita seputar masalah yang sedang panas-panasnya saat ini, yakni mafia di dunia perpajakan. Adalah Komjen Susno Duadji, mantan kabareskrim Mabes Polri, yang pertama kali menggulirkan bola panas ini. Beliaulah yang membongkar kebobrokan yang terjadi dalam tubuh direktorat pajak. Nyanyian Pak Susno jugalah yang menyebabkan Gayus Tambunan terjerat kasus hukum karena mengemplang uang pajak. Menyusul kemudian atasan-atasan Gayus terjerat kasus yang sama dan langsung di pecat dari jabatannya. Katanya, Gayus yang punya kekayaan hingga miliaran rupiah yang diperolehnya dari hasil kejahatan ini, hanyalah tangkapan kecil. Masih ada lagi pelaku-pelaku lain yang lebih hebat dari Gayus dan menghabiskan uang negara lebih banyak lagi...Sungguh keterlaluan..!!

Kasus Gayus belum selesai teratasi, kejahatan serupa terjadi di tempat lain. Tepatnya di Surabaya. Dengan berkedok status sebagai konsultan pajak, komplotan perampok uang rakyat ini membohongi sebuah perusahaan dengan menerbitkan laporan pajak yang palsu. Tidak tanggung-tanggung, kerugian negara karena ulah orang-orang tersebut pun tidak sedikit, jumlahnya hingga ratusan miliar rupiah..Sungguh tragis, hidup di negara yang katanya kaya akan kekayaan alam dan rakyatnya selalu di wajibkan membayar pajak, tetapi larut dalam kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan lantaran salah kelolah dan ulah para perampok seperti Gayus cs..

Begitu intensnya berita yang di sajikan oleh media cetak dan elektronik (terutama televisi ) seputar kejahatan di dunia pajak ini, membuat para pemirsa (rakyat), sangat membenci kelakuan yang di lakukan oleh Gayus cs. Kebencian ini tidak sebatas umpatan-umpatan di mulut saja, bahkan berlanjut hingga dukungan yang diberikan lewat jaringan sosial facebook melaluli gerakan sejuta facebooker untuk menolak membayar pajak. Itu semua adalah reaksi spontan dari masyarakat atas bejatnya perilaku para pengumpul uang rakyat tersebut. Akibat berita-berita yang hampir selalu di update setiap hari, setiap jam membuat citra direktorat jendral pajak nyaris sampai pada titik terendah. Bukan tidak mungkin ini akan berimbas pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak atau melaporkan dengan jujur jenis usaha atau kekayaan yang di milikinya. Untuk apa kita dengan setia dan jujur membayar pajak kalau hanya untuk dinikmati oleh para perampok seperti Gayus cs itu. Demikian mungkin yang ada dalam benak masyarakat saat ini.

Sementara itu, saat nonton berita seputar mafia perpajakan ini di tivi kita juga akan melihat saat jeda iklan, bagaimana usaha Dirjen Pajak meyakinkan, mempengaruhi, menggugah kesadaran masyarakat untuk tetap setia membayar pajak, tetap jujur dalam melaporkan aset kekayaan atau usaha yang kita miliki. Kita tentu tidak asing dengan iklan yang berbunyi :"..........,kalau kita tidak membayar pajak, apa kata dunia...?"  
Sepertinya Dirjen Pajak sedang berusaha  melawan/menandingi berita negatif tentang mereka. Kita pun patut mengapresiasi usaha mereka, tetapi akan lebih baik kalau itu dibarengi dengan usaha yang transparan dan jujur untuk membuka kebobrokan yang mungkin sudah berlangsung sistemik dan berurat akar. Bersihkan dirjen pajak dari pusat hingga daerah dari orang-orang yang bekerja hanya untuk mengisi perutnya sendiri dengan memakan uang negara. Mestinya mereka bertanya dalam diri sendiri sesuai iklan yang mereka buat : "Banyak pegawai pajak yang korupsi uang setoran pajak,apa kata dunia..? Tidak malukah kita kalau rakyat indonesia dan dunia internasional mengejek kita...apa kata dunia tentang kita?"

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa sedang terjadi proses mempengaruhi masyarakat melalui media. Disadari atau tidak, berita-berita yang bermunculan secara bertubi-tubi bukan tidak mungkin akan mempengaruhi cara pandang, sikap dan perilaku masyarakat. Berkaitan dengan ini, tentu akan berpengaruh pada kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Tentu tidak bermaksud menyalahkan media, karena mereka mengabarkan apa adanya yang terjadi. Tinggal bagaimana kita memberikan respon terhadap berbagai berita miring seputar dunia perpajakan di tanah air kita ini. Kalau kita terjebak dan memberikan respon negatif berupa lalai dan enggan membayar pajak, maka kita tidak hanya berurusan dengan pihak dirjen pajak, bisa-bisa kita akan berhadapan dengan aparat penegak  hukum.
Dengan demikian, tidaklah bijak juga apabila kita mengabaikan atau acuh tak acuh terhadap iklan yang ditayangkan dan dikeluarkan oleh direktorat jendral pajak.  Jangan karena sikap dan perilaku tidak terpuji segelintir orang, kita jadi lalai menunaikan kewajiban kita yang pada gilirannya menghambat derap laju pembangunan bangsa dan negara kita tercinta ini... Tetapi bagaimanapun, keputusan tetap di tangan anda sendiri...Mau terpengaruh oleh iklan dari dirjen pajak atau terbawa oleh arus deras berita panas seputar mafia atau kriminal di dunia perpajakan ini?? Terserah Anda...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar