Jumat, 02 April 2010

CIUMAN MEMBAWA MAUT

Ciuman, merupakan satu bentuk ekspresi dari rasa cinta atau kasih sayang. Seorang ibu yang mencium anaknya adalah bentuk ekspersi cinta dari si ibu kepada anaknya. Seorang pemuda yang dengan penuh perasaan memberikan kecupan manis ke dahi pacarnya. Tidak hanya manusia, binatangpun mengekspresikan bentuk kasih sayang dengan ciuman plus sedikit agak jorok, menjilat...(tidak apa-apa, itulah yang sedikit membedakan).

Yang dicium pasti akan merasa senang, merasakan kedamaian dan kehangatan karena dia merasa diperhatikan, dicintai. Kecupan yang dilakukan dengan tulus hati memang akan membawa kedamaian dan ketenangan. Pijar-pijar kasih sayang dan cinta akan ditransfer lewat bibir mungil si ibu kepada kening,pipi anaknya. apalagi kalau kecupan itu dibarengi dengan pelukan hangat si ibu yang semakin memberikan ketenangan dan kedamaian dalam diri si anak. Demikian juga dengan kecupan dari sang arjuna kepada gadis pujaannya..

Apa yang digambarkan di atas, tidak berlaku bagi kecupan/ciuman yang diberikan oleh Yudas Iskariot kepada Gurunya, Yesus Kristus. Ciuman yang diberikan oleh Yudas kepada Yesus di taman Getsamany tidak mendatangkan kedamaian dan ketenangan kepada Yesus. Ciuman itu bukan merupakan ekspresi cinta dan kasih sayang dari sang Murid kepada Gurunya. Ciuman Yudas adalah ciuman yang menghantar / membawa Yesus, Sang Guru kepada Maut. Yah, ciuman yang mendatangkan Maut bagi Sang Guru. 
 Ciuman Yudas merupakan tanda bagi para prajurit romawi bahwa orang yang dicium Yudas itulah orang yang mereka cari. Yudas, si pengkhianat tega melakukan itu kepada Gurunya demi tiga puluh keping perak. Dia mengkhianati Gurunya dengan sebuah kecupan.. Berawal dari kecupan/ciuman itulah deraan siksaan datang bertubi-tubi menghujam tubuh Yesus. Ciuman itu membawa Yesus melintasi jalanan menuju Golgota dengan memanggul salib yang berat. Salib yang sama akan digunakan oleh para tentara Yahudi untuk menggantungkan tubuh penuh luka dan tak berdaya itu. Salib itu jugalah yang akhirnya merenggut nyawa Sang Guru. Tragis...Ciuman berakhir dengan kematian bagi Sang Guru..

Sungguh sangat ironis, ternyata di balik ciuman itu tersimpan rencana busuk yang mendatangkan kematian. Mungkin saja, dalam kehidupan kita yang penuh intrik sekarang ini banyak Yudas-Yudas lain yang berkeliaran di sekitar kita. Ciuman tidak lagi merupakan ekspresi cinta seperti pada gambaran awal di atas. Bisa saja ciuman manis berubah jadi kecut apabila kita tidak dengan tulus hati memberikan ciuman kepada orang yang kita cium. Toh, kenyataannya tidak sedikit orang tua sekarang yang menjual anak kandungnya sendiri. Ada ayah yang dengan tega menghamili anaknya sendiri. Ada juga suami yang meninggalkan istrinya atau sebaliknya. Perceraian semakin merajalela karena tidak ada lagi keharmonisan di dalamnya. Melihat kenyataan seperti itu, ternyata ciuman tidak lagi melulu mendatangkan ketenangan dan kehangatan bagi para pelakunya tetapi banyak juga ciuman berakhir dengan malapetaka.

Penting kiranya buat kita semua untuk menyadari bahwa apa yang telah dilakukan oleh Yudas kepada Sang Guru adalah sebuah pengkhianatan yang sangat menyakitkan. Mari kita kembalikan makna dari sebuah kecupan/ciuman kepada makna yang sesungguhnya. Ciuman harus tetap merupakan ekspresi Cinta dan Kasih Sayang, niscaya kedamaian dan kehangatan selalu hadir di tengah keluarga, masyarakat dan lingkungan kita.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar