Senin, 29 Maret 2010

SEKOLAHKU SAYANG, SEKOLAHKU MALANG

SDK NARANG II, demikian nama sekolahku waktu SD. Didirikan sekitar tahun 60-an, saya tidak tahu pasti tanggal dan tahun berdirinya. Saya masuk di sekolah itu sekitar tahun '84 dan lulus tahun '90. Lulusan dari sekolah ini sudah banyak sekali, ada yang berhasil dalam hidupnya tetapi ada juga yang gagal. Tentu, keberhasilan dan kegagalan tidak semata-mata ditentukan oleh sekolah itu sendiri. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai kemampuan dasar orang itu sendiri, latar belakang keluarga, lingkungan dan faktor-faktor lainnya. SDK NARANG II bukanlah sekolah yang didirikan atau bentukan pemerintah, tetapi didirikan oleh yayasan SUKMA, sebuah yayasan di lingkungan gereja Katolik keuskupan Ruteng waktu itu. Ada banyak sekolah serupa di kabupaten Manggarai, tersebar hampir di semua kecamatan. Keprihatinan Gereja yang begitu dalam akan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Manggarai waktu itu, sehingga mereka dengan begitu antusias mendirikan sekolah-sekolah tersebut.
Saya sangat menikmati indahnya bersekolah di sekolah itu dulu. Kenangan bermain dengan teman-teman saat istirahat di halaman sekolah takkan pernah kulupakan. Biasanya saat istirahat sekolah kami anak laki-laki bermain sepak bola di halaman sekolah sepuas-puasnya. Saat pelajaran di mulai kembali, kami mengikutinya dengan peluh/keringat yang bercucuran di seluruh tubuh. praktis, bau keringatpun mewarnai pelajaran yang diikuti saat itu. Dari sisi prestasi, sekolah kami patut dibanggakan. Beberapa kali sekolah kami menjuarai lomba bidang studi tingkat kecamatan. untuk ukuran sekolah di desa, prestasi itu cukup membanggakan kami waktu itu.
secara fisik, sekolah kami sangat sederhana. Hanya berlantaikan tanah, semi permanen ( kami menyebutnya setengah tembok ), berdindingkan papan dan beratap seng. Batas antara kelas tidak terlalu rapat atau masih ada yang terbuka sehingga apabila ada guru yang mengajar di kelas tiga pasti suaranya sangat terdengar jelas di kelas empat. Dalam perkembangannya, dari waktu ke waktu kondisi fisik sekolah ini semakin memprihatinkan. sekat antara kelas semakin terbuka, atap sengnya sudah mulai bocor di beberapa tempat sehingga kalau musim hujan ada beberapa kelas yang tidak bisa digunakan. Dulu, waktu saya masih SD, sekolahku jadi gedung serba guna. karena kalau ada orang yang mengadakan resepsi pernikahan atau acara lainnya ( pesta untuk mengumpulkan dana ) pasti menggunakan gedung sekolahku ini. Sehingga tak heran juga kalau gedungnya itu cepat rusak. Begitu juga dengan bangku dan meja tulisnya.

Saat saya mudik ke kampung akhir tahun lalu, sekolahku nyaris tinggal puing-puingnya saja, seperti yang tampak dalam foto ini....



Sungguh memprihatinkan.. Sekolah yang sudah menghasilkan banyak manusia terdidik nyaris tinggal kenangan saja..Nampak dalam foto, salah satu kelasnya sudah tak berdinding dan beratap.. Ruang yang sudah tidak bisa di pakai itu adalah ruang gabungan kelas satu dan dua.. sementara, kelas-kelas lain masih bisa di pake tetapi dengan kondisi yang cukup menggenaskan. Saya hanya bisa mengurut dada melihat sekolah yang telah menjadikan saya seperti sekarang ini. Sekolah dimana Papa-ku mengabdikan dirinya sepanjang karirnya sebagai seorang guru. Sejak pertama kali didirikan, menurut cerita papaku..gedung sekolah ini tidak seperti yang tampak dalam foto. Gedung sekolah pertama kali malah beratap ijuk atau dari Wunut ( dalam bahasa manggarai ).. Kalau keadaannya seperti sekarang ini, memang usianya sudah tua.
Saya patut mengucapkan terima kasih untuk gedung sekolah yang telah membuat saya jadi tahu membaca dan menulis. Beruntunglah, kini di sebelah bawah gedung sekolah yang lama ini sedang di bangun sebuah gedung sekolah yang permanen, sebagai ganti gedung yang sebentar lagi ambruk.



Gedung sekolah yang baru ini dalam tahap penyelesaian.. Gedung ini akan melanjutkan tugas yang sudah di emban oleh gedung lama di atas yang selama berpuluh-puluh tahun melakasanakan proses belajar mengajar.. Semoga seperti pendahulunya, gedung baru ini mampu melanjutkan prestasi yang telah di ukir. Bahkan bisa mencetak pribadi-pribadi unggul yang siap membangun kampung halamannya, bangsa dan negara..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar